Monday, 21 January 2013

Edelweiss


Bunga Edelweis bisa mencapai umur lebih dari 100 tahun, untuk itulah disebut bunga abadi. Jenis ini tumbuhan perintis yang kuat dan mulai mendiami lereng yang tandus akibat kebakaran. Edelweis cocok tumbuh pada kondisi panas terik di daerah terbuka di kawah dan puncak, tidak bisa bersaing untuk tumbuh di hutan yang gelap dan lembab.






Bunga - bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu - kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya. Jika tumbuhan ini cabang - cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian - bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan - alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang - kenangan oleh para pendaki.

Sumber Ilmu di Gunung Semeru

 1. Ilmu Pengetahuan Alam
Tak dapat dipungkiri, bahwa gunung adalah sumber ilmu pengetahuan. Para peneliti yang gemar meneliti tentang gunung, akhirnya dapat menemukan dan merumuskan beberapa ilmu - ilmu baru yang dapat berguna bagi manusia. Seperti contohnya: Ilmu volcanologi, botani, zoologi, topografi, ilmu batuan, ilmu lapisan tanah, ilmu obat - obatan, arkeologi dsb yang terlalu banyak untuk disebutkan.

Cabang - cabang ilmu pengetahuan tersebut, tentu saja tak begitu saja muncul. Melainkan melalui proses pencarian dan penemuan secara berkala oleh orang - orang yang memang senang sekali menjelajah gunung-gunung, dan kegiatan pencarian itulah yang sebenarnya disebut dengan ekspedisi.

Jadi ekspedisi bukan sekedar mendaki puncak - puncak gunung lalu pulang kembali tanpa menghasilkan sesuatu. Jika ada kegiatan ekspedisi yang demikian, bisa disebut hanya sekedar kegiatan melakukan hobi mendaki gunung. Bukan melakukan ekspedisi.

2. Ilmu Sosial
Kegiatan mendaki gunung juga akan berdampak pada bertambahnya wawasan tentang ilmu sosial kita. Sebab, setiap kita mendaki gunung maka kita akan selalu bertemu dan berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sendiri, penduduk desa atau dengan para pendaki yang mungkin kita jumpai.

Kita akan belajar bagaimana bergaul, menghormati dan bersikap baik dengan orang lain, karena jika kita tidak mampu beradaptasi dengan baik, maka kita akan merasakan kerugian yang bisa langsung kita rasakan sendiri.

Dengan mendaki gunung, mengajarkan kita untuk bersosialisasi, bekerjasama dan menjalin tali persahabatan. Oleh karena itu, setelah melakukan kegiatan mendaki gunung, biasanya kita akan merasakan tali persahabatan terjalin lebih erat daripada sebelumnya. Sebab, kita sudah melalui hidup bersama mengatasi berbagai kesulitan, tidur bersama, makan bersama, susah bersama, dan senang bersama selama beberapa hari di alam bebas.

Selain itu, kita juga akan banyak belajar tentang masyarakat desa. Sebab ketika kita melalui desa atau dusun terpencil tempat kita melakukan titik awal pendakian, maka secara tak langsung kita akan belajar mengenal tentang kebudayaan masyarakat baru yang kita temui disana. Baik bahasanya, agamanya, sistem sosialnya, mata pencahariannya, ilmu pengetahuannya, keseniannya, atau adat istiadatnya.

Meskipun mungkin kita hanya singgah beberapa hari saja di desa mereka, tapi sebenarnya secara tak langsung kita telah mempelajari sedikit tentang masyarakat desa yang kita singgahi. Dengan demikian, jika kita peka terhadap lingkungan masyarakat yang kita temui, maka kita akan mudah bergaul dengan mereka dan begitu juga dengan mereka akan lebih menghormati kedatangan kita.

Oleh karena itu, sangat disayangkan jika kita hanya sekedar melakukan pendakian gunung tanpa memperhatikan lingkungan masyarakat desa yang kita temui. Kita akan kehilangan beberapa ilmu yang sesungguhnya dapat bermanfaat baik bagi kita sendiri ataupun bagi orang lain.

Lebih baik lagi jika kita akan mendaki gunung, sebelumnya juga mempelajari tentang karakter masyarakat di desa tempat kita melakukan titik awal pendakian. Meski terlihat sepele, tetapi sesungguhnya hal ini sangat penting untuk diri kita sendiri. Karena itu jadilah pecinta alam yang gemar menulis rencana dan catatan perjalanan.

3. Ilmu Filsafat
Mendaki gunung akan mendekatkan kita kepada alam, hal ini tentu bukan rahasia lagi. Sama halnya dengan seorang pelaut yang mengatakan bahwa ‘dengan mengarungi lautan kita akan mengenal diri kita dan bisa lebih menghormati alam’.

Sebenarnya hampir sama antara pelaut, pendaki gunung, penerbang atau bahkan astronot. Semakin kita menjelajahi alam maka kita justru akan merasa dekat dengan alam, baik sebagai sahabat atau musuh sekalipun. Jika kita merasakan kedekatan dengan alam dan mengenal alam dengan baik, maka dengan sendirinya kita akan tahu siapakah sebenarnya kita ini.

Jika kita sedang berada di tempat yang aman dan nyaman, berada di rumah, gedung atau hotel dengan dikelilingi orang - orang terdekat kita. Mungkin kita akan merasa sebagai manusia yang memang lebih unggul dari makhluk lainnya. Tetapi jika sedang berada di tengah hutan yang gelap, dikelilingi kabut dan udara yang menusuk tulang.

Kita akan tahu bahwa kita hanyalah makhluk yang paling lemah. Kita kalah jauh dengan tumbuhan dan hewan yang mampu bertahan hidup di tengah hutan tanpa membawa bekal makanan atau tenda untuk berlindung dari hujan dan dinginnya udara.

Dengan mendaki gunung, kita akan terbiasa merasakan betapa lemahnya diri kita dan betapa dahsyatnya kekuatan sang alam. Apalagi penciptanya?

Apabila kita sampai di puncak - puncak gunung, kita akan melihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Di atas kita, ada langit yang seolah begitu dekat dan luas. Di bawah kita, terhampar dataran yang dihuni oleh berjuta - juta manusia dengan berbagai kesibukannya.

Dan ternyata kita hanyalah satu diantara berjuta - juta makhluk yang tinggal di bawah sana. Semua tampak seperti debu yang bertebaran di padang yang luas. Apa lagi yang bisa kita sombongkan?

Demikianlah, dengan mendaki gunung kita akan merasakan kedekatan dengan alam yang pada akhirnya akan mengantarkan kita kepada kedekatan diri kita dengan Tuhan. Jadi dengan mendaki gunung, kita akan belajar ilmu agama yang jauh lebih tinggi, yakni ilmu hakikat diri.

Hal - hal demikian ini, sesungguhnya sudah dibuktikan oleh para Nabi dan kaum pertapa yang gemar sekali mendaki gunung untuk sekedar bertapa dan menyendiri guna mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dengan menyendiri di gunung - gunung selama beberapa hari bahkan sampai berbulan - bulan atau bertahun - tahun, mereka merasakan kedekatan dengan Tuhan-nya. Sampai pada akhirnya, mereka dikaruniai beberapa ilmu yang tak semua orang bisa mendapatkannya

Puncak Abadi Para Dewa

Gunung Mahameru merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Mahameru mempunyai ketinggian setinggi 3,676 meter.
Gunung Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.676m dari permukaan laut dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif.
Gunung Mahameru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Gunung Mahameru juga dikenal dengan nama Gunung Semeru. Namun sebenarnya masih ada gunung lain yang bernama Gunung Semeru, yang berada di timur pulau jawa didekat gunung Argopuro. Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3676m dpl dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif. Setiap lebih kurang 20 menit sekali kawahnya mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam dan pasir.
Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT.
Dilihat dari kejauhan Mahameru menunjukan bentuk kerucut yang sempurna, tetapi saat berada dipuncak gunung tersebut berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jongring Saloka, demikian nama kawahnya ini pada tahun 1913 dan tahun 1946 diisi suatu kubah kawah. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candiputro dan Lumajang.
Gunung Mahameru adalah bagian termuda dari pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkan meliputi: – Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda – Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai. – Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran. – Pertunbuhan lamban/beransur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.
Seperti pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah sepanjang rute perjalanan dari mulai Ranupane (2.200m dpl) sampai puncak Mahameru mempunyai suhu relatif dingin. Suhu rata-rata berkisar antara 3°c – 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c – 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.
Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah CLIGNET (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.
taken from Wikipedia Indonesia.
Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo…
Menatap jalan setapak
Bertanya – tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa
Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa…

taken from Format Masa Depan by Dewa 19

Jalan - jalan keliling mahameru ( gunung semeru )

Bagi para penakluk gunung, Mahameru pasti sudah tidak asing lagi. Nama lain dari puncak Gunung Semeru di Jawa Timur ini memang memiliki nilai tantangan tersendiri bagi pendaki.

Mahameru merupakan nama lain dari puncak Gunung Semeru. Mahameru merupakan puncak gunung tertinggi yang ada di Pulau Jawa dengan ketinggan sekitar 3.676 mdpl. Gunung ini berada di dua kabupaten sekaligus, yaitu Malang dan Lumajang.

Untuk bisa menaklukan Puncak Mahameru, para pendaki biasanya menggunakan jalur pendakian yang dimulai dari Ranu Pane, nama daerah di Kota Apel, Malang. Dari sini, Anda bisa melanjutkan perjalanan menuju kawasan Danau Ranu Kumbolo selama kurang lebih setengah hari.

Di lokasi ini, para pendaki biasanya mulai mendirikan tenda untuk bermalam. Selain melepas lelah, pendaki juga bisa menyaksikan indahnya Danau Ranu Kumbolo. Pemandangan makin cantik saat pagi hari. Udara yang sejuk, air danau yang tenang, dan cantiknya sunrise akan memberikan semangat baru untuk melanjutkan perjalanan.

Selanjutnya, Anda harus terus mendaki menuju Pos Kalimati. Pos para pendaki ini berada di ketinggian 2.700 mdpl. Asyiknya di pos dengan hamparan padang rumput ini, Anda bisa menyalakan api unggun dari ranting-ranting pohon cemara yang sudah kering.

Perjalanan bisa dilanjutkan ke arah timur dan menuju pos selanjutnya, yaitu Arcopodo. Namun, Anda harus berhati-hati saat berada di Pos Kalimati dan Pos Arcopodo, sebab ada hama tikus gunung yang bisa saja menganggu perjalanan.

Selain itu, ada misteri yang berkembang di tengah para pendaki selepas pos ini. Orang Jawa sering menyebutnya dengan nama 'oyot kesimpar' yang berarti seseorang akan tersesat. Tidak sedikit pendaki yang dibuat linglung di sini, berputar-putar di lokasi yang sama.

Akan tetapi, Anda tidak perlu khawatir. Misteri tersebut bisa saja tidak akan terjadi jika Anda memperbanyak doa dan mengurangi sikap sombong di sepanjang perjalanan. Walaupun itu hanya sebuah misteri, namun tidak ada salahnya untuk diperhatikan selama pendakian.

Kawasan Arcopodo berada diketinggian 2.900 mdpl. Kawasan ini merupakan daerah vegetasi terakhir Gunung Semeru, selanjutnya Anda akan melewati bukit berpasir.

Dari kawasan Arcopodo, Anda masih memerlukan waktu selama 3-4 jam berjalanan untuk bisa sampai ke Puncak Mahameru. Perjalanan menuju puncak akan semakin berat. Padang pasir yang curam dan licin menjadi tantangan tersendiri. Ada baiknya jika semua barang bawaan, Anda tinggal di Kawasan Arcopodo, sebab dikhawatirkan akan mempersulit perjalanan Anda.

Ketika sampai di Mahameru, Anda akan disambut dengan suhu sekitar 4-10 derajat celcius. Selain itu, tentu saja pemandangan indah yang mungkin saja tidak akan pernah Anda lupakan seumur hidup. Ya, ini merupakan puncak tertinggi di Pulau Jawa.

Matahari terbit akan tampak cantik dari Mahameru. Belum lagi kabut tebal yang menyelimuti kawasan gunung, sangat sayang jika tidak segera diabadikan.

Akan tetapi, pemandangan yang indah di puncak gunung jangan sampai membuat Anda kurang memerhatikan daerah sekitar. Di sebelah selatan Mahameru terdapat gas beracun dan aliran lahar. Adalah Soe Hok Gie, seorang aktivis Indonesia yang wafat di Puncak Mahameru pada tahun 1969 akibat menghirup gas beracun tersebut.

Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, yaitu antara bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Pada musim hujan, jalur pendakian sering longsor dan rawan badai.

Jadi, siapkan mental dan nyali Anda untuk menaklukan Puncak Mahameru. Selamat mendaki!

Sumber.
detik.com